Sabtu, 14 Juli 2012

“DI DALAM UCAPAN SYUKUR ADA KETEKUNAN”


Oleh: Sugiman
Teks: 2 Timotius 1:1-10

1.      Salam pembuka (2 Tim 1:1-2):
Ada yang pernah menulis surat tidak? Entah itu untuk anaknya, orangtuanya, keluarganya atau untuk orang lain? Biasanya surat dimulai dengan salam, misalnya “salam sejahtera”, “salam damai”, “salam kasih” atau “asalammualaikom” dan yang lainnya. Itu semua disebut dengan salam pembuka. Demikian pula ketika seseorang mengangkat telepon hp, yaitu disadari atau tidak, ketika seseorang mengangkat telepon atau hp kemudian mengatakan: “hallo...” ini juga adalah salam. Kata “hallo” sebenarnya mengandung makna dan nilai mulia, yaitu sambutan hangat, mesra, ramah atau santun. Walaupun terkadang sering diabaikan.

Dalam budaya Arab sama dengan maknanya dengan “asalammualaikom”, demikian juga dalam budaya orang Israel sama dengan “syalom” yang sekarang digunakan juga oleh orang-orang Kristen. Begitu pula dalam budaya Batak toba sama artinya dengan kata “horras” dan budaya yang lainnya. Semua itu juga adalah salam atau sapaan akrab sebagai salah satu bentuk sikap menghormati atau menghargai orang lain. Demikian pula ketika kita akan masuk ke rumah orang lain, biasanya kita memberi salam dengan cara yang biasa kita lakukan, yaitu seperti mengungkapkan kata “hallo”, “syalom” asalammualaikom” atau dengan memanggil nama si pemilik rumah dan menanyakan kabarnya atau yang lainnya. Tujuannya supaya kita tidak sama dengan pencuri. Mana ada pencuri yang memberi salam sebelum mencuri? Tidak kan?

Begitulah juga dalam suratnya yang kedua ini kepada Timotius, Paulus memulainya dengan kata-kata salam sebagai kata-kata pembuka. Dalam kata-kata salamnya Paulus memperlihatkan bahwa dia telah mengenal sangat dekat pribadi Timotius, hingga latar belakang kehidupannya. Selain itu, Paulus memperlihatkan bahwa dirinya sudah sangat akrab dengan Timotius sehingga dia mengangap bahwa Timotius adalah seolah-olah anaknya sendiri. Kasih atau kehendak Allah yang telah hadir di dalam Kristus Yesus adalah dasar dari hubungan baik yang dibangun oleh Paulus bersama Timotius. Itulah sebabnya mereka tetap hidup di bawah pengamatan dan kehendak Allah yang selalu setia menyertai mereka untuk hidup saling mengasihi seperti Yesus mengasihi mereka (baca ayat 1-2).

2.      Ucapan syukur Paulus (2 Tim. 1:3-5):
Dalam ucapan syukurnya, Paulus mengungkapkan bahwa dirinya tak henti-hentinya mendoakan Timotius dalam setiap permohonannya kepada Allah. Perhatikan pada ayat 3-5, yaitu di mana Paulus dengan jujur mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah saat mendengar kesetiaan Timotius terhadap Allah yang selama ini dilayaninya dengan hati nurani yang murni dan bukan dengan kepura-puraan atau kepalsuan. Bahkan Paulus mengatakan bahwa sekalipun Timotius mengalami pergumulan yang sangat berat dan hingga menangis atau mencucurkan air mata karena tekanan dari orang-orang yang membenci Kristus, namun ia tetap setia dan percaya atau beriman dengan hati yang tulus ikhlas kepada Tuhan seperti yang diajarkan oleh nenek dan ibunya (baca ayat 4-5). Selain itu, ayat yang ke-5 juga menekankan pentingnya peranan orang tua dalam mendidik, menuntun atau membimbing anak-anaknya kepada pengenalan akan Tuhan. Maka bukan tanpa alasan Paulus menyebutkan nenek Timotius Lois dan ibunya Eunike pada ayat 5, justru Paulus ingin memperlihatkan bahwa peranan orangtua itu sangatlah penting dalam mendidik anak-anaknya kepada pengenalan akan Tuhan.

3.      Nasihat Untuk Bertekun (2 Tim. 1:6-10):
Selain mengucap syukur kepada Allah karena melihat kesetiaan Timotius, Paulus ternyata juga memberikan nasihat-nasihat kepada Timotius dan terlebih kepada kita saat ini, bahwa kita harus selalu setia pada panggilan Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya. Mari kita perhatikan nasihat-nasihat Paulus pada ayat 6-10. Dalam nasihatnya Paulus mengatakan supaya Timotius “mengorbankan karunia Allah”.

Apa maksud kalimat “mengorbankan karunia Allah”? Maksud kata “mengorbankan” di sini adalah sama maknanya dengan menggunakan atau memanfaatkan setiap pemberian Tuhan dalam tujuan yang mulia dan yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang. Terutama dalam pengajaran, teladan dan keberanian dalam menyatakan kebenaran Allah di tengah-tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi oleh orang-orang yang tidak percaya dan setia pada Tuhan. Karena ketidakpercayaan orang tidak lagi mengucap syukur atas semua yang telah dia miliki. Yang ada hanya sungut-sungut, mengerutu dalam hati dan tidak bisa menghargai atau mensyukuri pemberian Tuhan.

Selanjutnya, karena ketidakpercayaan orang juga takut untuk bersaksi tentang Kristus Yesus sebagai Juruselamat manusia. Bahkan banyak orang yang malu dan takut untuk mengatakan atau mengakui bahwa dirinya sebagai pengikut Kristus. Karena itu ketika diperhadapkan dengan dua pilihan, yaitu misalnya ketika ada orang yang menawarkan sejumlah uang kepadanya supaya tidak percaya kepada Tuhan Yesus, maka sering orang memilih uang dari pada memilih tetap setia dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Maka dari itu, tidak heran iman seolah-olah sudah sama dengan barang dagangan, yang diperjualbelikan. Alasannya karena apa? Karena takut dipecat dari pekerjaan, karena takut tidak punya sahabat, atau karena takut mati. Padahal sebenarnya Allah telah menaruh dan memberikan kepada setiap orang roh keberanian yang menguatkan untuk tetap konsisten menyatakan dan melakukan kebenaran dan keadilan sesuai dengan kehendak Allah, serta mengasihi dan mengerjakan kepada banyak orang tentang hal-hal penting yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang (baca ayat 6-7).

Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, mengapa korupsi dan ketidakadilan merajalela di negara kita saat ini? Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah karena mereka tidak bisa mengucap syukur kepada Allah. Tidak bisa mengucap syukur adalah sama artinya juga tidak percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Selanjutnya, mengapa kekerasan, kelaparan, kemiskinan juga merajalela di negara Indonesia saat ini? Salah satu alasannya adalah karena semakin hari manusia itu semakin tidak mengenal Allah yang adalah sumber kehidupan dan kasih.

Maka tidak mengasihi sesama manusia juga berarti tidak mengenal Allah, karena Allah telah mengasihi manusia dan bahkan rela mengorbankan diri-Nya melalui kematian Yesus Kristus untuk menebus dan memperdamaikan manusia dengan Allah. Hubungan manusia yang dahulu putus dengan Allah, tetapi karena kasih-Nya semata hubungan itu disambungkan kembali supaya kita tetap menyatu dengan Allah. Tetapi sayang, manusia lebih memilih menjauh dari Allah, yaitu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya, yaitu seperti menyakiti hati sesamanya, memfitnah sesamanya, dan bahkan membunuh sesamanya. Banyak dalam berita-berita diperlihatkan bahwa orangtua membunuh anaknya atau anak membunuh orangtuanya atau membunuh tetangganya. Semua itu terjadi karena nilai-nilai kasih itu sudah diabaikan dan dilupakan oleh manusia.

Nasihat Paulus selanjutnya adalah supaya jangan pernah merasa malu bersaksi tentang Kristus Yesus Tuhan kita yang tersalib di Golgota karena dosa kita. Karena Dia telah menyelamatkan kita, tetapi sekaligus telah memanggil kita dengan panggilan yang kudus atau khusus sesuai maksud kasih karunia-Nya semata. Artinya, jika seseorang memberitakan Injil atau Kabar Baik tentang Kristus berdasarkan kehendaknya sendiri dan bukan berdasarkan kehendak Allah maka itu adalah kebohongan belaka dan sia-sia. Karena itu, lakukanlah segala sesuatu yang Allah percayakan kepada kita atas nama Tuhan yang hadir di dalam Kristus Yesus dan bukan atas nama kita pribadi supaya dikenal orang. Jika kita melakukan segala sesuatu atas kehendak kita dengan tujuan supaya kita dikenal orang, maka sudah pasti bukan Kristus yang kita kabarkan atau beritakan, melainkan kita sendiri. Jika kita demikian maka kita adalah orang yang sudah menipu dan mengubah berkat Allah menjadi kutuk atas hidup ini.

Selanjutnya, ayat 10 merupakan penutut atas bagian ini, yaitu di mana Paulus mengingatkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah sumber keselamatan dan kehidupan bagi manusia. Orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang sudah menerima hidup yang tidak dapat dibinasakan oleh maut atau kejahatan lainnya, karena kuasa Kristus jauh lebih besar dari kuasa kejahatan yang ada di dunia ini. Karena itu, bersyukurlah senantiasa kepada Allah atas semua yang diberikan-Nya, termasuk untuk hidup ini dan jalani hidup ini dengan berani menyuarakan kebenaran serta tekun dan tetap setia pada kehendak-Nya. Dengan demikian kita telah bersaksi kepada dunia bahwa Tuhan Yesus adalah sumber kehidupan abadi bagi orang percaya.

4.      Refleksi atau penerapan:
Karena itu, lakukanlah segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang sesuai dengan kehedak Allah di dalam Kristus Yesus yang telah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Kristus adalah Tuhan yang telah membangkitkan kita untuk menjadi pemenang atas kuasa kejahatan yang mengakibatkan kita berdosa kepada-Nya. Kristus Tuhan juga telah mengubah kita menjadi manusia yang baru yang berkenan kepada-Nya.

Manusia baru adalah manusia yang sanggup mengeluarkan dirinya dari hal-hal yang dapat merusak hidupnya. Karena sesungguhnya kekuatan yang Allah berikan kepadanya lebih besar dari kekuatan kejahatan yang selalu merayu dan menggoda kita. Maka dari itu andalkanlah Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, dan apapun yang kita lakukan, lakukanlah atas nama Tuhan yang telah memberikan kita kekuatan untuk melakukannya. Misalnya, menolong sesama yang kesulitan, menghibur yang bersedih, memberi makan mereka yang lapar, memberi minum mereka yang haus, menghapus air mata mereka yang menangis, membalut hati mereka yang terluka dan hanya Kristus Yesuslah yang dapat memampukan kita semua dapat melakukannya.

Selanjutnya, bersyukurlah atas segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita! Karena hanya orang yang selalu bersyukurlah yang dapat menikmati hidup ini sebagai pemberian dari Tuhan. Karena hidup ini pemberian dari Tuhan, maka jalanilah dengan penuh tanggung jawab dan rasa syukur yang tulus ikhlas kepada-Nya. Salah satu bukti kita bersyukur kepada Tuhan atas hidup ini adalah mengasihi semua orang dengan kasih yang benar-benar tulus ikhlas dan sesuai dengan kehendak Allah, bukan kehendak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar